Fir'aun dan Kerajaannya


Petuah, Pandangan dan Pemikiran KH. Maimoen Zubair


Surat Ghofir: 37-39 أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا وَكَذَلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلَّا فِي تَبَابٍ

Surat Ghofir, ayat 37 di atas menjelaskan keadaan lingkungan di sekitar kita. Tahun berganti tahun selalu berubah baik dari pembangunannya ataupun segi moralnya. Dalam pembangunan masyarakat yang berkembang sekarang ini sedang berlomba-lomba menciptakan sesuatu yang besar serta menakjubkan dan sering dijumpai di berbagai sudut kota banyak bangunan menjulang tinggi yang terkenal dengan sebutan bangunan pencakar langit yang merupakan hasil kerja keras para insinyur masa kini (modern). Maka, keadaan tersebut kalau kita mau berpikir merupakan perkara yang bisa disebut sebagai suatu keanehan (dengan memandang pada tempat-tempat yang tinggi) dengan contoh banyak bangunan sekarang yang menggunakan perangkat lift yang digunakan sebagai alat untuk naik-turun. Sehingga dengan alat tersebut akan memudahkan untuk melihat ke semua arah manapun.
Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa setiap perkara yang ada di muka bumi ini ketika dihiasi pasti akan kelihatan baik dan indah, dengan penjelasan ayat: وَكَذَلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ  
Dan ayat 37 ini menyinggung masa kekuasaan Raja Fir'aun yang dijelaskan bahwa Raja Fir'aun merupakan raja yang paling akhir dari kesekian pemerintahan yang berbentuk kerajaan. Yang ketika dikaitkan dengan raja-raja sekarang berakhirnya kerajaan Fir’aun bisa dijadikan bukti mulai bergantinya sistem pemerintahan yang berbentuk kerajaan ke pemerintahan demokrasi. Sebagai contoh sistem pemerintahan yang dimulai dari Nabi Nuh, Nabi Sholeh, Nabi Ibrohim, Nabi Ishaq yang kemudian dirubah Nabi Luth, Nabi Hud, kemudian sampai pada pemerintahan Fir'aun. Habisnya keturunan (kerajaan) nabi Ayyub disebabkan karena Nabi Ayyub diambil menantu Nabi Yusuf di mana Nabi Ayyub sebagai cucunya sendiri. Masalah tersebut ketika dikaitkan dengan para nabi yang diantaranya Nabi Hud maka semua keturunannya bisa mencakup dari berbagai sudut, sedangkan Nabi Hud hanya khusus bangsa Arab selatan yang terkenal berbumi tandus yang disebabkan tanahnya bekas dari Nabi Hud, dan tempat tersebut sekarang ditempati Sayyid Hadromaut sehingga bisa membawa pengaruh kebaikan yang sangat besar karena disebabkan adanya berkah darinya. Begitu juga Nabi Sholeh membawa keturunan di bagian Arab utara yang sebagian besar bangunan dan geografisnya pegunungan. Pada kaum Nabi Musa, Allah menjadikan kaum laki-laki mati dan perempuan dijadikan kaya kemudian dinikahi orang-orang Mesir yang menyebabkan anak-anak Mesir laki-laki ganteng yang perempuan cantik (sebab keturunan Fir'aun). Semuanya ini diperlihatkan Allah dalam al-Quran sebagai bukti negara Hadromaut.

 وَقَالَ الَّذِي آَمَنَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُونِ أَهْدِكُمْ سَبِيلَ الرَّشَادِ
Ayat tersebut menjelaskan tentang perbedaan pendapat pada lafadz al-Qaum: sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa lafadz tersebut (al-Qaum) menunjukkan kaum Fir'aun dan ada juga yang mengatakan tidak kaum Fira'un. Lafadz الَّذِي آَمَنَ pada lafadz tersebut menunjukkan yang dimaksud kaum adalah kaumnya Nabi Musa. Sedangkan setiap lafadz yang menjelaskan tentang nabi biasanya memakai lafadz اتَّبِعُون. Menjelaskan derajat kedudukan seseorang, maka seseorang ketika menjadi kyai (yang berkategorikan masih kecil) janganlah ingin memiliki murid yang berjumlah banyak karena nanti akan datang suatu zaman di mana semua umat sombong dengan membanggakan dirinya. Dan sebagian pendapat ulama ada yang mengatakan ulama adalah manusia benar. Jadi, dengan pendapat tersebut ikutlah pada ulama namun ketika menjadi orang alim janganlah menyombongkan diri karena orang alim itu tidak tahu kapan matinya (mati baik /buruk).

 يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآَخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ
Harta merupakan suatu perkara yang akan habis, begitu juga dengan Fir’aun. Seperti contoh zaman dahulu ada sebuah rokok yang terkenal dengan nama (cap) bal, akan tetapi sekarang juga ikut habis itu merupakan bukti setiap perkara akan ikut habis. Akhirat tidak bisa berubah sedangkan yang bisa berubah adalah neraka karena masih adanya matahari. Sedangkan manusia nanti di hari kiyamat akan ikut mati, bumi dan langit akan musnah akan tetapi matahari masih tetap ada pada tempatnya. Sedangkan Allah yang membawa arsy. Jadi, bisa disimpulkan bahwa perkara yang di depan hakekatnya di belakang dan perkara yang di belakang hakikatnya di depan. Dan ada yang berpendapat bahwa apolo bisa mendarat di bulan. Bintang, matahari dan semuanya yang ada di langit adalah bebatuan sedangkan kenyataannya batu yang mempunyai kekuatan adalah bulan dan bumi.

Ayat ini juga menyinggung tanda-tanda kiamat yang tertulis dalam surat At-Takwir, ayat 1-7: إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ (1) وَإِذَا النُّجُومُ انْكَدَرَتْ (2) وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ (3) وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ (4) وَإِذَا الْوُحُوشُ حُشِرَتْ (5) وَإِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْ (6) وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ (7) Bintang jatuh, matahari tidak bersinar, binatang digiring ke kebun binatang, laut mancur (gempa), pemekaran daerah, Makkah mekar ke negara Inggris, mekarnya uang dollar menguasai ekonomi global.

Oleh: Agus Junaidi al-Japary

Tidak ada komentar: